Gusmus Manajemen Sukabumi Merayakan Kemerdekaan dengan Tawa dan Kebersamaan bersama warga

8/18/20251 min read

Sukabumi, 18 Agustus 2025. Sinar matahari siang itu jatuh hangat di area Gedung Gusmus Manajemen di Sukabumi. Balon merah putih bergelantungan di sepanjang tali yang melintang, sementara hiasan sederhana dari kertas dan pita menambah semarak suasana. Di bawahnya, anak-anak berbaris riang menunggu giliran lomba, sementara orang tua dan tetangga berdiri di sekeliling, siap memberi dukungan.

Teriakan sorak-sorai pun pecah ketika lomba makan kerupuk dimulai. Anak-anak menjinjit, menengadah, berusaha meraih kerupuk yang bergoyang ditiup angin. Beberapa kerupuk jatuh, tawa pun meledak. Di sela riuh itu, wajah-wajah ceria tak bisa disembunyikan—wajah yang mungkin jarang terlihat begitu penuh semangat di hari-hari biasa.

Inilah momen yang dihadirkan Gusmus Manajemen (GMM) Sukabumi pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Bagi mereka, kemerdekaan bukan hanya soal upacara atau simbol, melainkan soal kebersamaan yang hidup di tengah masyarakat.

“Yang paling berharga dari acara ini adalah kebersamaan. Kita bisa tertawa bersama, saling menyemangati, tanpa memandang siapa kita. Itulah semangat kemerdekaan,” ujar Dedi Suardi, salah seorang panitia GMM dengan mata berbinar.

Di meja panjang di pinggir jalan, para ibu tampak sibuk menyiapkan hadiah kecil: es krim, makanan ringan, hingga mainan sederhana. Hadiah itu mungkin nilainya tak seberapa, tapi keceriaan yang ditimbulkan jauh lebih besar.

Seorang anak kecil, masih dengan pipi belepotan sisa kerupuk, berlari memamerkan hadiah yang baru saja ia dapat. “Aku menang! Aku dapat ini!” serunya polos, disambut tepuk tangan orang-orang di sekelilingnya.

Di sela lomba, terlihat pula para terapis yang biasanya sibuk bekerja dengan PJL nya, kini larut dalam keriuhan, tertawa lepas saat melihat anak-anak mereka berusaha keras menyelesaikan tantangan. Ada pula nenek-nenek yang hanya duduk di kursi plastik, tapi matanya tak lepas dari hiruk pikuk itu—menikmati suasana yang mengingatkan pada masa-masa perayaan kemerdekaan di kampung dulu.

Bagi warga, acara seperti ini lebih dari sekadar hiburan. Ia menjadi perekat sosial, menghidupkan kembali rasa gotong royong, dan menghadirkan kebahagiaan yang sederhana namun penuh arti.

“Kadang kita lupa, kemerdekaan bukan hanya untuk dikenang, tapi juga untuk dirayakan dengan cara-cara yang membuat kita semakin dekat satu sama lain,” tambah Fajar Arifin, panitia.